MASYARAKAT MADANI BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Posted by arifudin Kamis, 03 Mei 2012 0 komentar


Anwar Ibrahim dianggap sebagai tokoh yang memperkenalkan istilah “masyarakat madani” di Indonesia. Masyarakat  madani menggambarkan masyarakat sebagai sistem sosial yang subur yang berazaskan moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.

Menurut Nurcholish Madjid (2000: 80) masyarakat madani merupakan masyarakat yang sopan, beradab, dan teratur dalam bentuk negara yang baik. Menurutnya masyarakat madani dalam semangat moderen tidak lain dari civil society, karena kata “madani” menunjuk pada makna peradaban atau kebudayaan.

Oleh karena ide-ide dasar masyarakat madani dan substansi civil society yang berkembang di dunia Eropa, maka Dawam Raharjo berpendapat bahwa substansi masyarakat madani dalam dunia Islam dan civil society di dunia Barat adalah satu. Teori civil society dapat dipinjam untuk menjelaskan istilah masyarakat madani yang digali dari khazanah sejarah Islam. Senada dengan hal ini Nurcholish Madjid, tidak membedakan antara masyarakat madani yang lahir dari khazanah sejarah dan peradaban Islam dengan civil society yang lahir dari sejarah Eropa atau peradaban Barat (Hidayat, 2008).

jika berangkat dengan perspektif masyarakat madani di atas, maka karakteristik yang menonjol pada masyarakat madani adalah sebagai berikut. Demokratis, Masyarakat madani ditandai oleh berkembangnya iklim demokrasi berupa kebebasan berpendapat dan bertindak baik secara individual maupun kolektif yang bertanggung jawab, sehingga tercipta keseimbangan antara implementasi kebebasan individu dan kestabilan sosial, serta penyelengaraan pemerintahan secara demokratis.

Toleran, Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Pluralisme dan Multikulturalisme,  Pluralisme menunjuk pada keragaman/ kemajemukan, yakni kondisi dalam suatu masyarakat yang secara faktual berbeda-beda. Sementara itu multikultralisme lebih mengacu pada sikap warga masyarakat terhadap perbedaan-perbedaan baik yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan maupun  dalam masyarakat lain. Sikap itu dibentuk dengan melibatkan seperangkat nilai yang didasarkan pada minat untuk mempelajari dan memahami dan pada penghormatan  serta penghargaaan kepada kebudayaan masyarakat lain.
Walaupun tidak selalu diikuti dengan kesetujuan dan kesepakatan terhadap apa yang ada dalam kebudayaan lain, tetapi yang ditekankan dalam multikulturalisme adalah pemahaman, penghormatan, dan penghargaan (Blum, 2001: 19; lihat juga Ahimsa-Putra, 2009: 2-4).

Menjunjung Tinggi Hak Azasi Manusia dan Keadilan Sosial, Karakteristik ini ditandai dengan adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan (Mawardi, 2008; Hidayat, 2008; Sanaky, “Pembaharuan Pendidikan Islam…); 
Sedangkan kearifan lokal adalah “pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka”. Sistem pemenuhan kebutuhan mereka meliputi seluruh unsur kehidupan: agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian.

masyarakat lokal mempunyai pemahaman, program, kegiatan, pelaksanaan terkait untuk mempertahankan, memperbaiki, mengembangkan unsur kebutuhan mereka, dengan memperhatikan lingkungan dan sumber daya manusia yang terdapat pada warga mereka. maka kearifan lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu budaya lokal dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat lokal.
Di dalam budaya lokal terdapat gagasan-gagasan  perilaku-perilaku atau system social, artifak-artifak  yang mengandung nilai-nilai yang berguna dan relevan bagi pembangunan masyarakat madani. Di setiap unsur kebudayaan yang telah disebutkan beserta sub-subunsurnya dapat dipastikan mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi pembangunan masyarakat madani.

terpeliharanya eksistensi agama atau ajaran-ajaran yang ada dalam masyarakat, jaminan keamanan, ketertiban, dan keselamatan, tegaknya kebebasan berpikir yang jernih dan sehat, terbangunnya eksistensi kekeluargaan yang tenang dan tenteram dengan penuh toleransi, terbangunnya masyarakat yang demokratis, santun, beradab serta bermoral tinggi, terbangunnya profesionalisme aparatur yang tinggi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih berwibawa dan bertanggung jawab yang mampu mendukung pembangunan daerah.
masyarakat yang memiliki basis agama dan nilai-nilai budaya yang kuat membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, bermoral, beretika berdasarkan Pancasila, yang akhirnya mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai manusia yang tangguh, kompetitif, berbudi luhur, bertoleransi, bergotong-royong, berjiwa patriotik, menjunjung nilai-nilai luhur budaya bangsa, mengedepankan kearifan lokal, dan selalu berkembang secara dinamis.

Sebagai contoh kearifan lokal yang relevan untuk membangun masyarakat madani, seperti: masohi, barantang, badati, maano, Sasi, dan masih banyak lagi. nilai-nilai kearfian lokal ini sejalan dengan semangat nilai dan ajaran agama. Kearfian lokal dibangun sebagai sebuah nilai untuk tujuan-tujuan mulia. Kearifan lokal adalah spirit pendorong atau motivasi yang menjadi sandaran nilai seseorang melakukan sesuatu dengan mengedepankan semangat kebersamaan (unity) dan persaudaraan. nilai-nilai kearifan lokal seperti  tersebut di atas merupakan perspektif yang menolak kehidupan suatu komunalitas masyarakat atas kepentingan indvidualisme, sebaliknya mengedepankan kepentingan kebersamaan dan persaudaraan.

kearifan lokal mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi pembangunan masyarakat madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani berbasis kearifan lokal memerlukan adanya, pemahaman, kesadaran, kerja sama, dan partisipasi seluruh elemen masyarakat. (**)

Tulisan ini pernah di muat di Koran Info Baru*

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: MASYARAKAT MADANI BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Ditulis oleh arifudin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://arifudin759.blogspot.com/2012/05/masyarakat-madani-berbasis-kearifan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Suport by Ichal Web Design | Copyright of Membiasakan Yang Tak Biasa. Web Blog By Blogger.

Kata Mutiara

Apa guna kita memiliki sekian ratus ribu alumni sekolah yang cerdas, tetapi masyarakat dibiarkan bodoh...??? segerahlah kaum sekolah itu pasti akan menjadi penjajah rakyat dengan modal kepintaran mereka ..[]

== Y.B Mangunwijaya ==