ORMAS ISLAM INDONESIA HILANG ORIENTASI GERAKAN

Posted by arifudin Minggu, 18 Desember 2011 0 komentar
Tahun 1947 pasca kemerdekaan Negara RI elemen pemuda Indonesia berbondong-bondong untuk bersatu. Untuk menyatukan kaum Muda dibentuklah tiap-tiap wadah perhimpunan yang bertujuan untuk mengawal kemerdekaan RI. Elemen Ormas Islam dalam hal ini HMI, PMII, IMM, PII dan elemen gerakan lainya mengkukuhkan diri sebagai gerakan muda yang cinta tanah air. Bagi mereka Merdeka dan Mati demi Negara , Bangsa dan agama adalah suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi. Semangat ini terus terpatri dalam jiwa kaum muda selama Negara ini dalam keadaan genting.
Tiap-tiap elemen gerakan Muda melakukan pengawalan basis dikalangan organisasi masing-masing, HMI dikalangan Mahasiswa Islam, PII dikalangan Pelajar Islam (santri dan pelajar umum). Doktrin tentang cinta Negara, Bangsa dan Agama menjadi bahan ajar saat pengkaderan (Basic Training).

Setelah kemerdekaan diraih penuh oleh Bangsa Indonesia dari tangan para penjajah, Rakyat Indonesia berkonsentrasi untuk melakukan pembangunan. Soekarno-Hatta yang telah dimandatkan oleh Rakyat Indonesia untuk menahkodai Bangsa ini mulai melakukan menata sistem pemerintahan di Indonesia. Pembangunan gedung perkantoran, rumah ibadah dan penataan administrasi Negara dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi prioritas utama.  Tak terkecuali elemen pemuda Islam mereka berpartisipasi mengambil bagian dalam pembagunan tersebut. Para elemen pemuda dengan satu konsep “Memanusiakan Manusia mereka berupaya untuk mendidik para kader bangsa untuk menjadi cerdas dan kritis. Training dan kursus-kursus diwajibkan bagi setiap elemen muda Islam.
Setelah 21 tahun rezim orde lama berkuasa, elemen pemuda menilai rezim tersebut gagal menahkodai Bangsa ini, maka tahun 1966  bersama elemen gerakan lainya yang tergabung dalam KAMI dan KAPPI mereka bersatu untuk meruntuhkan rezim tersebut. Setelah orde lama runtuh timbul rezim baru (orde baru), kini rakyat Indonesia memandatkan Soeharto sebagai Imam mereka dengan harapan bahwa Soeharto mampu menghantarkan rakyat Indonesia kearah kesejahteraan sesuai dengan amanah UUD 1945, namun harapan tersebut tidak tercapai. Dengan dalil atas nama rakyat Indonesia Soeharto memanfaatkan amanah tersebut untuk memperkaya diri pribadi. Selama 32 tahun memerintah Soeharto berkuasa kembali mendapat kritik dari elemen pemuda Islam, dengan dan atas nama Rakyat elemen pemuda Islam kembali melakukan konsolidasi massa dengan elemen gerakan pemuda lainya yang cinta tanah air untuk meruntuhkan rezim Orde baru. Sambil meneriakan Yel-yel “Reformasi” mereka turung kejalan bersama masyarakat, akhir perjuangan mereka yaitu runtuhnya rezim soeharto melalui sidang MPR pada tanggal 11 maret 1998.     
Namun sangat disesalkan saat ini elemen pemuda telah kehilangan nilai kritis dan kalu pung ada itu hanya sekedar dalam momentum tertentu, bentuk kekritisan itu dilapiaskan dalam bentuk demontrasi memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari HAM, demo saat hari Pendidikan dan lain sebagainnya. Inilah yang dilakukan oleh Ormas Islam di Indonesia saat ini. Orientasi yang tak jelas dan doktrin dilemma mebuat mereka lup[a orientasi gerakan mereka yang telah diwariskan oleh pemuda angkatan 66’ dan 98’.  
Elemen pemuda saat ini seolah-olah bingung menentukan tujuan gerakan mereka, yang seharunya dilakukan oleh kalangan elemen gerakan muda Islam adalah terus melakukan pembinaan dan menanamkan jiwa keislaman dikalangan kaum Muda. Dokrin Islam yang harus dilakukan oleh elemen organisasi Islam yaitu penanaman falsafah Islam bahwa Islam adalah agama yang damai. Islam tidak mengajarkan pertengkaran, Islam melarang kita untuk bermalas-malasan, cuek terhadap kemajuan tekhnologi. Tetapi Islam sangat menganjurkan buat kita untuk terus Bekerja, berusaha semampu kita.
Problem yang dihadapi oleh ormas Islam saat ini berkaitan dengan asas dan latar belakang Ormas tersebut. Ormas Islam mau tidak mau harus memberikan citra tentang nilai, makna, dan ajaran-ajaran Islam sendiri. Islam sebagai fenomena sosial keagamaan menjadi besar, agung, terpuji atau terpuruk, dan kecil, terletak dari bagaimana Islam dicitrakan. Citra dan peran Islam dalam organisasi yang berbasis keagamaan dan kemasyarakatan amat penting untuk dicermati. Sehingga pandangan dan penilaian apapun bisa ditakar secara obyektif dan ilmiah. Terkait dengan orientasi elemen Ormas Islam, acapkali didapatkan citra Islam yang peyoratif sehingga akan dengan gamblang kita saksikan bahwa Islam seakan- akan bertentangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan mungkin menolak ilmu pengetahuan itu sendiri. Bukan hanya itu, tetapi sekaligus bahwa Islam merupakan agama kekerasan (Islam dianggap bermusuhan dengan agama non-Islam).
Elemen Ormas Islam terkukuh pada pemahaman sempit keagamaan, ekstrimis, fanatis, dan konservatif padahal Islam tidak menghendaki demikian. Islam merupakan agama yang fleksibel, terbuka, menghormati agama lain, serta tidak ada paksaan untuk masuk di dalamnya dan Islam sangat cinta kedamaian dan ajaran Islam mengajarkan kita untuk menyantuni antara yang satu dengan yang lain, yang Kaya membantu yang miskin, yang kuat menolong yang lemah, daln lain sebagainya.
Untuk itu  saya berharap seluruh elemen pemuda Islam dapat bersatu (HMI, PMII, GPI, GPII, PII, IMM  dll ) dengan elemen gerakan lainya (GMKI, GMNI, PEMKRI, dll) untuk mengevaluasi sistem pemerintahan  saat ini. Karena kita adalah “Nahnu ‘amilun”, kita adalah generasi yang gemar bekerja dan beramal. Dipundak kita Rakyat Indonesia menitipkan amanah perubahan untuk menghantarkan mereka kearah keadilan, kesejahteraan dan keamanan abadi.




TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: ORMAS ISLAM INDONESIA HILANG ORIENTASI GERAKAN
Ditulis oleh arifudin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://arifudin759.blogspot.com/2011/12/ormas-islam-indonesia-hilang-orientasi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Suport by Ichal Web Design | Copyright of Membiasakan Yang Tak Biasa. Web Blog By Blogger.

Kata Mutiara

Apa guna kita memiliki sekian ratus ribu alumni sekolah yang cerdas, tetapi masyarakat dibiarkan bodoh...??? segerahlah kaum sekolah itu pasti akan menjadi penjajah rakyat dengan modal kepintaran mereka ..[]

== Y.B Mangunwijaya ==